sumber gambar :www.google.com
Sejarah awal munculnya masyarakat keturunan tionghoa tidak
lepas dari adanya kedatangan para ekspedisi dari negeri china yaitu pelaut
tangguh yang bernama cheng ho dan juga oleh sam poo kong di pulau jawa yang di
mulai dari semarang hal ini di buktikan dan terlihat dengan adanya bangunan
kelenteng dan masjid yang bercorak china karena banyak orang dari china yang
hidup menetap di semarang hingga beranak cucu hingga sekarang. Penyebaran warga
keturunan tionghoa sangat pesat tidak hanya sebatas di daerah semarang tapi
menyebar seluruh daerah Pantura (Pantai Utara Jawa) seperti di daerah demak,
kudus, lasem, jepara dan tuban hal ini terlihat dari banyaknya bangunan rumah yang
bercorak china dan berornamen dengan ciri khas tiongkok, dan secara keseluruhan
warga keturunan tionghoa meluas di seluruh pulau jawa bahkan di seluruh
indonesia.
Memang pada waktu masa orde baru berkuasa selama 32 tahun
warga keturunan tionghoa mengalami diskriminasi dan perlakuan tidak
menyenangkan. Terlebih adanya kejadian krisis moneter pada tahun 1998, yang
semakin memperburuk kondisi keberadaan warga keturunan tionghoa di indonesia
sehingga banyak yang merasa ketakutan untuk melakukan kegiatan ibadah terutama
kepercayaan dan tradisi tionghoa seperti halnya merayakan imlek, perarakan barongsai
yang hanya bisa di lakukan di dalam lingkungan rumah dan kelenteng saja. Dari
keadaan yang terjadi terus menerus dan tidak adanya solusi atas ketidakadilan
dan diskriminasi, muncul seorang bapak bangsa yaitu KH. Abdurahman Wahid (Gus
Dur ) yang memiliki wawasan kebangsaan yang luas dan bijaksana, yaitu segala
yang ada di indonesia termasuk suku bangsa yang ada di indonesia seperti Jawa,
Batak, arab.India, Papua, dan juga orang eropa yang ingin menetap dan tinggal
menjadi penduduk di indonesia maka memiliki hak yang sama sebagai warga negara
yang sah, yang berarti juga berlaku kepada etnis Tionghoa yang sesuai dengan ketentuan
dalam UUD 1945.
Bangsa indonesia yang menganut Pancasila yang berlandaskan
pada Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tapi tetap satu) yang berarti sudah dari
awal bangsa indonesia terbentuk dari adanya perbedaan yang di jadikan satu,
baik beda dari segi Suku, Agama, adat istiadat, Tradisi, Bahasa dan Budaya yang
menjadikan indonesia menjadi Bangsa yang kaya akan keanekaragaman dan keunikan
tersendiri yang membedakan negara-negara lain di dunia.
Tradisi
dan Budaya yang berasal dari tiongkok akan tetap di lestarikan oleh bangsa
keturunan tionghoa terlebih keberadaan etnis tionghoa mendapat dukungan dari
pemerintah yang di lanjutkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri yang mengeluarkan
Keppres nomor 19 Tahun 2002 yaitu salah satunya meresmikan Imlek sebagai Hari
Libur Nasional Dan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menyatakan bahawa Etnis Tionghoa sudah menjadi bagian yang utuh dari
bangsa indonesia jadi adanya jaminan persamaan hak dan derajat dengan anak
bangsa lain di indonesia yang di dukung dengan adanya Undang Undang no 12 Tahun
2006 tentang Kewarganegaraan. yaitu, menghilangkan sekat sekat antara pribumi
dan non pribumi, jadi termasuk etnis Tionghoa yang lahir di negeri ini, adalah
WNI (Warga Negara Indonesia).
Mari kita junjung tinggi Keanekaragaman dan tetap memiliki
semangat berbeda itu indah, Sama halnya sewaktu kita merayakan tahun baru
masehi. Dan juga merayakan tahun baru islam ( hijriah) begitu juga dengan tahun
baru china yang dinamakan IMLEK, tentu saja ada suatu sukacita dan kegembiraan
yang luar biasa dan merupakan hari besar bagi etnis tionghoa untuk merayakan
yang tidak hanya sebagai ritual budaya tetapi penyatuan dengan kepercayaan
agama. Perayaan imlek dalam bahasa china yaitu SIN TJIA yang berawal dari
perayaan yang sering di lakukan oleh para petani di china pada setiap tanggal
satu di bulan pertama awal tahun baru, dan juga berkaitan dengan pesta para
petani untuk menyambut musim semi yang di mulai pada tanggal 30 bulan ke dua
belas dan berakhir pada tanggal 15 bulan pertama yang dilakukan dengan ritual
keagamaan.
Imlek resmi sebagai
hari besar nasional, di rayakan dengan meriah oleh masyarakat di tionghoa di
indonesia. Tetapi ada hal-hal unik yang di lakukan yaitu:
- Membersihkan rumah dan menghias ulang rumah sebelum imlek, filosofinya yaitu: membuang kesialan (tetapi tidak boleh di lakukan di hari pertama tahun baru) dan siap untuk menerima keberuntungan di tahun baru.
- Mengenakan pakaian baru, terutama yang berwarna merah yang berarti mempunyai harapan untuk menatap masa depan.
- Melunasi hutang, yang berarti harapan di tahun depan terbebas dari hutang.
- Memberikan Angpao, amplop yang berwarna merah yang berisi uang baru, yang berarti transfer energi dan kesejahteraan pada orang yang tidak mampu, dari orang tua kepada anak dan dari orang yang sudah menikah kepada orang tua yang bertujuan agar memperlancar rejeki di hari kedepan.
- Menyiapkan makanan khusus yang biasanya terdiri dari 12 macam makanan dan 12 macam kue sebagai simbol 12 shio.
- Melakukan atraksi barongsai atau Liong (Naga) yang berarti lambang kebahagiaan dan di percaya akan membawa hoki atau keberuntungan.
- Mengunjungi keluarga besar yang berarti sebagai bentuk silaturahmi dengan orang tua, sanak saudara untuk mempererat tali persaudaraan dan sebagai bentuk penghormatan kepada yang lebih tua.
- Mengunjungi makam orang tua atau leluhur (Tilik Kubur) untuk memberikan doa dan membersihkan makam.
sumber gambar :www.google.com
Tidak hanya selesai pada perayaan imlek, tetapi ada
runtutan perayaan lain yaitu perayaan CAP GO MEH yaitu hari puncak ke 15
perayaan imlek yang juga di lengkapi dengan ritual keagamaan yang bertujuan
untuk menangkal kesialan atau gangguan di masa depan, dan ada beberapa hal unik
di perayaan cap go meh yaitu :
- Melakukan Upacara tolak bala di kelenteng
- Memasang Lampion di tempat ibadah atau kelenteng
- Mengadakan atraksi Barongsai atau Naga Cap Go Meh
- Melakukan perarakan ritual joli-joli ( sebagai simbol sosok heroik di kebudayaan Tionghoa) yang di tandu oleh 7-10 orang.
- Mengadakan makan bersama masyarakat Tionghoa dengan makanan khas yaitu lontong opor cap go meh, onde-onde, jeruk.dan lain-lain.
Tradisi dan budaya dari masyarakat Tionghoa menjadi warisan
budaya yang perlu di jalankan dan di teruskan tidak hanya warga keturunan
tionghoa tetapi sudah menjadi pesta rakyat dan pesta seni budaya tradisi
tionghoa di indonesia, seperti halnya saya sebagai seorang keturunan jawa
khususnya yogyakarta, menikah dengan istri saya yang memiliki garis keturunan
china dan sulawesi, orang tua istri saya masih keturunan pertama dari nenek
yang asli etnis Tionghoa, yang masih cukup kental adat istiadat dan budaya
china, saya juga menghargai dan menghormati adat istiadat keluarga besar istri
yang masih ada keturunan Tionghoa seperti pada waktu hari H Tahun baru Imlek
dengan bersilaturahmi dengan keluarga besar baik oma, saudara dan memberi salam
dengan mengucapkan Gong Xi Fat Cai dan saya juga ikut mengunjungi makam (Tilik
Kubur) di makam oma dan opa yang sudah meninggal yang merupakan keturunan etnis
Tionghoa dan di keluarga besar istri sudah banyak yang menikah lintas agama dan
etnis yang membuktikan bahwa perbedaan bukan suatu halangan yang di perdebatkan
tapi perbedaan di jadikan jalan untuk saling menyatukan, saat tahun baru Imlek
ke 2567 di demak bintoro jawa tengah masih cukup banyak masyarakat Tionghoa
apalagi sebelum ke alun-alun masjid demak terdapat jalanan dan toko yang dimiliki
oleh masyarakat Tionghoa yang di sebut Pecinan yang sampai saat ini masih aktif
digunakan untuk berdagang.
Di Kota Demak bisa di bilang sebagai Kota Wali yang erat
kaitannya dengan mayoritas penduduk beragama islam, tetapi sejak saya
menginjakkan kaki pertama kali di tahun 2011, saya melihat antara semua umat
baik beragama islam, kristen, konghucu, dan baik dari suku jawa, etnis Tionghoa
dan suku yang lainnya bisa hidup rukun dan damai, apalagi saat saya baru
pertama kali melihat atraksi Barongsai di demak yang di sewa oleh warga
Tionghoa tetapi atraksi barongsai nya di mainkan oleh orang asli demak, dan di
saksikan secara beramai-ramai oleh penduduk di sekitar kota demak bintoro jawa
tengah, ini merupakan suatu pengalaman baru bagi saya dan membuka pemahaman
saya untuk menghormati adat istiadat yang ada untuk hidup rukun dan damai di
tengah perbedaan yang ada.
sumber gambar :www.google.com
sumber gambar :www.google.com
Selamat Tahun Baru Imlek ke 2567 semoga di tahun monyet api
ini segala harapan dan usaha kita bisa berjalan lancar.
“Tulisan
ini diikutsertakan dalam Telisik Imlek Blog Competition JakartaCorners Yang di sponsori
oleh Batiqa Hotels "